Monica Gagliano, seorang ahli ekologi dari University of Western Australia, melakukan eksperimen revolusioner pada Mimosa pudica — tanaman yang dikenal karena daunnya yang menutup saat disentuh. Dalam eksperimennya, Gagliano menjatuhkan tanaman ini dari ketinggian rendah secara berulang. Awalnya, tanaman bereaksi dengan menutup daunnya, namun setelah beberapa kali, ia berhenti bereaksi, seolah-olah telah “belajar” bahwa jatuh tersebut tidak berbahaya. Lebih mengejutkan lagi, tanaman ini mempertahankan “ingatan” tersebut hingga sebulan kemudian, menunjukkan bentuk memori jangka panjang tanpa otak atau sistem saraf seperti hewan. [1][2]
Penelitian ini menantang pemahaman konvensional tentang
kecerdasan dan memori, menunjukkan bahwa tumbuhan mungkin memiliki cara sendiri
dalam memproses informasi dan beradaptasi dengan lingkungan. Gagliano menyebut
fenomena ini sebagai bentuk plant learning — di mana
tumbuhan dapat belajar dan mengingat tanpa sistem saraf.
Temuan ini mengajak kita untuk merefleksikan kembali
hubungan kita dengan alam. Jika tumbuhan dapat belajar dan
mengingat, mungkin kita perlu lebih menghargai dan memahami mereka
sebagai makhluk hidup yang kompleks. Selain itu, ini juga mengajarkan kita
bahwa belajar dan tumbuh tidak selalu memerlukan suara atau gerakan; kadang,
dalam keheningan dan ketenangan, proses belajar yang paling mendalam terjadi.
Dalam kehidupan manusia, kita sering kali dihadapkan pada
tantangan dan kesulitan. Seperti Mimosa pudica yang belajar
dari pengalaman jatuhnya, kita pun dapat belajar dari pengalaman hidup
kita, mengambil pelajaran dari setiap kejatuhan, dan tumbuh menjadi
individu yang lebih kuat dan bijaksana.
“Dalam keheningan, tumbuhan bekerja. Dalam luka, kita
pun begitu.”
Kita tidak perlu sempurna untuk bisa melanjutkan
hidup. Kita hanya perlu belajar, seperti tanaman yang tak lagi menutup
daunnya saat tahu ia aman. Kita pun bisa berhenti bereaksi berlebihan
pada hal-hal yang dulu menakutkan. Kita bisa memilih kapan harus melindungi
diri, dan kapan harus membuka diri kembali.
Kadang, pelajaran paling dalam datang dari yang tak
bersuara. Dan mungkin, dalam hidup, menjadi seperti tumbuhan bukanlah hal yang
buruk: belajar perlahan, mengakar kuat, dan diam-diam menjadi lebih bijak.
Apa maknanya bagi kita, manusia yang sering terjebak
dalam kompleksitas pikirannya sendiri?
Kadang kita berpikir bahwa hanya yang bersuara keras yang
mengerti. Bahwa hanya yang berpindah cepat yang cerdas. Tapi tumbuhan
mengajarkan sebaliknya: bahwa diam bisa bermakna. Bahwa adaptasi tak harus
gaduh. Dan bahwa belajar bisa terjadi bahkan dalam hening.
“Tumbuhan tidak belajar karena ingin pintar. Ia belajar
karena ingin bertahan.”
Sama seperti kita. Kita belajar dari pengalaman pahit, bukan
karena ingin tampak kuat, tapi karena kita ingin selamat dari hal-hal yang
pernah membuat kita jatuh. Kita menyimpan luka — tidak untuk diumbar, tapi agar
kita tahu bagaimana caranya tidak jatuh di tempat yang sama.
Kutipan:
- https://www.nationalgeographic.com/science/article/can-a-plant-remember-this-one-seems-to-heres-the-evidence
- https://www.news.uwa.edu.au/archive/201401156399/research/move-over-elephants-mimosas-have-memories-too/?utm_source
Related Posts
Subscribe Our Newsletter


Belum ada Komentar untuk "Saat Tumbuhan Mengajarkan Kita Tentang Memori dan Bertumbuh Diam-Diam"
Posting Komentar