Siapa yang tidak mengenal al-Azhar yang terdapat di kairo Mesir? Tak seorang pun yang tidak mengenalnya. Karena al-Azhar telah menjadi milik dunia, bukan hanya dunia islam, tetapi mendunia.


Al-Azhar ibarat samudra yang tak kan pernah surut airnya, dan tak kan ada habisnya. Layaknya piramid yang ribuan tahun tidak pernah roboh diterpa panas dan badai. Inilah sebuah keistimewaan yang dimilikinya sejak dulu dan akan selalu.

Sebuah institusi keagamaan yang memiliki, menjalankan, dan menjaga sebuah manhaj yang dianut mayoritas umat islam (red; Ahlussunah Wal Jamaah). yaitu manhaj berbasis bangunan keilmuan yang kokoh, dijalankan dengan sikap yang moderat, dan dihiasi dengan akhlak yang mulia. Lebih dari seribu abad, Al-Azhar telah menjaga manhaj tersebut dengan mengajarkan kepada pelajarnya.

Al-Alamah Prof. Dr. Ali Jumah, mantan mufti agung republik arab mesir sekaligus guru besar Al-Azhar, pernah mengungkapkan dalam salah satu majlisnya bahwa dalam ranah Akidah, Al-Azhar mengajarkan akidah sunni (Asy’ari dan Maturidi). Di ranah fikih, mengajarkan empat mazhab sunni; Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali. Dan di ranah Akhlak mengajarkan tasawuf sunni (Al-Ghozali dan Al-Junaid). Meskipun Demikian, Al-Azhar tetap membuka diri untuk melakukan kajian pada mazhab-mazhab selain yang disebutkan.

Sekarang sangat disayangkan, banyak pelajar Al-Azhar yang belum mengenal apalagi menjiwai manhaj Al-Azhar itu sendiri. Akibatnya, sebagian dari mereka sangat rapuh bangunan akidahnya, minim penguasaan fikih mazhabnya, dan salah mengambil teladan akhlaknya, sehingga mudah tersusupi aliran-aliran baru yang menyesatkan. Efeknya, ketika mereka kembali ke negaranya masing-masing, mereka mendakwahkan islam yang sama sekali jauh dari islam yang diajarkan oleh Al-Azhar itu sendiri.

Padahal Azhar telah memfasilitasi kepada pelajarnya majlis-majlis ilmu, berbagai macam cabang ilmu dikaji, baik level pemula (mubtadi), menengah (mutawasit), maupun akhir (muntahi). Jangan sampai seorang pelajar Azhar menjadi anak ayam yang kehilangan induknya atau menjadi ayam yang mati di lumbung padi.

Syaikh Usamah Sayyid Al-Azhari, penasihat presiden Republik Arab Mesir pernah mengungkaplan dalam salah satu majlisnya, bahwa “Al-Azhar itu  Jami’ (masjid) dan Jami’ah (universitas)”, Seseorang tidak dapat dikatakan azhari jika hanya menyibukan diri di Jami’ah, tapi seseorang dapat dikatatakan azhari jika menyibukan diri di Jami’. Mengapa demikian?, karena sistem pengajaran keduanya berbeda, di jami’ dengan sistem talaqqi adapun di jami’ah dengan sistem perkuliahan dikelas. Sedang memadukan keduanya jauh lebih baik dan utama.

Sebuah metode pengajaran yang diajarkan Rasulullah saw. Kepada para sahabat, diwariskan kepada para tabi’in dan akhirnya sampai kepada para ulama, inilah yang disebut Talaqqi. Lazimnya, seorang syeikh (guru) dan thalib (pelajar, murid, santri) duduk bersama dalam suatu majelis. Kemudian sang guru menyampaikan pelajaran dan menerangkannya huruf-perhuruf, kata-perkata, kalimat-perkalimat agar makna dan tujuannya lurus, kemudian para murid mendengarkan dan mencatat keterangan guru.

Dengan sistem talaqqi ini, murid tidak hanya mendapatkan materi-materi keilmuan dari sang guru, namun lebih dari itu, dia akan belajar banyak hal dari gurunya, terutama akhlak mereka. Dengan sistem ini juga, guru seringkali menyampaikan banyak mutiara informasi penting dari hasil kajian dan bacaan mereka selama bertahun-tahun, yang terkadang hanya dapat diperoleh murid dalam waktu yang lama jika membaca dan menelaah sendiri.

Cara talaqi inilah yang digunakan para masyayikh Al-Azhar dalam mewariskan cahaya keilmuan yang bersumber dari baginda Nabi Muhammad saw. Untuk membina dan mendidik para santri mereka dengan tulus dan ikhlas tanpa kenal lelah.

Berbeda dengan Jami’ah, sistem yang diajarkan tidak dengan talaqqi, kadang sang guru menjelaskan pelajaran kepada murid secara global, terkadang ada bagian penting yang tidak disampaikan, efeknya banyak pelajar yang tidak memahami pelajaran secara utuh, dan berujung pada pemahaman yang salah.

Syaikh Muhammad bin Hatim pernah berkata: “Islam adalah agama yang mulia, Diantara kemulian yang allah berikan kepada Islam adalah sanad, tidak satu pun umat terdahulu maupun sekarang yang memiliki sanad keilmuan yang bersambung kecuali Islam”. Hanya dengan talaqqi-lah kita bisa mendapatkan sanad.

Abdullah bin Mubarak pun pernah berkata: “Sanad bagian dari agama, seandainya tidak ada sanad, niscaya seseorang akan berbicara apa saja yang ia kehendaki”. Disini sangat menitik beratkan pentingnya sanad, agar terjaga kemurnian sebuah ilmu.

Dr. Muhammad Muhanna, penasehat Grand Syekh al-Azhar kerap kali berpesan pada tiap majlisnya bahwa “ilmu dan maklumat itu berbeda”, Ilmu tentang manhaj, sedang ma’lumat bukan tentang manhaj. Ilmu disini maksudnya bahwa kita mempelajari suatu fan ilmu dengan utuh, kita mempelajari suatu cabang ilmu dari tingkat pemula (Mubtadi), kemudian menengah (Mutawasith), dan akhir (Muntahi), sedang maklumat hanya berupa nukilan baik dari kitab atau pun ungkapan seseorang.

Oleh karena itu, banyak ulama-ulama al-Azhar berpesan kepada para muridnya untuk selalu rajin datang ke majelis-majelis ilmu yang ada di ruwaq-ruwaq masjid al-Azhar, dimadhiyafah-madhiyafah mentransfer ilmu dari seorang guru ke murid, hingga benar-benar sanad keilmuan yang didapat adalah murni terjaga keasliannya, dan diharapkan ketika sudah berkiprah di masyarakat kelak, adalah menjadi panutan dan tauladan umat, memahami dan mengajarkan agama dengan ilmu yang utuh, bukan pengetahuan yang setengah-setengah.

"من أخذ علمه من المشايخ كان نوره على قدر المشايخ, ومن أخذ علمه من الكتاب فأخذه على قدر الكتاب"
 الشيخ أحمد معبد عبد الكريم

Related Posts

There is no other posts in this category.
Ikatan Keluarga Abiturien Attaqwa Mesir
  • Facebook
  • WhatsApp
  • Instagram
  • Subscribe Our Newsletter

    Belum ada Komentar untuk ""Mendidik seorang pencari ilmu untuk mencari bukan dicari, menunggu bukan ditunggu, dan mengambil bukan diambil”, Itulah al-Azhar Asy-Syarif."

    Posting Komentar

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel