Ada 2 hal yang harus kita syukuri sebagai Abna Al-Azhar. Hal yang pertama adalah kita harus bersyukur bahwa Al-Azhar amat sangat ikhlas dalam menampung dan mendidik anak-anaknya dari berbagai macam belahan dunia. Keikhlasan para masyaikh dalam mengajar dan memfasilitasi mereka untuk hidup dan menuntut ilmu di Al-Azhar As-Syarif, “Atas dasar keikhlasan itulah, lahir keberkahan untuk kita. Bukan hanya ketika sedang menuntut ilmu di Al-Azhar, tapi juga setelah itupun keberkahan itu masih terus mengalir di kehidupan kita”, ungkap Dr. Mukhlis M Hanafi, MA. (Sekjend OIAA Indonesia dan Kepala Lajnah Pentashih Al-Quran) dalam mengawali pembicaraannya. 


Lalu, hal yang kedua yang harus kita syukuri adalah kita sedang berada di lembaga yang tak pernah putus dalam melestarikan keilmuan Islam. Kita tahu, ada 3 lembaga keilmuan Islam yang tertua di dunia, yang pertama Al-Qarawiyyin di Maroko, lalu yang kedua Az-Zaituna di Tunisia, baru yang ketiga Al-Azhar As-Syarif. Namun, hanya Al-Azhar yang mampu bertahan dan tak pernah terputus pipa keilmuan Islamnya, “'Man lam yadzhab mishr lam ya’rif ‘izza al-Islam lianna fihi Al-Azhar'. Jadi siapa yang belum pernah pergi ke Mesir, dia tidak akan pernah merasakan kejayaan Islam karena disini ada Al-Azhar”, pungkasnya dalam memaparkan kebesaran dan kehebatan Al-Azhar.




Sejak awal didirikannya masjid Al-Azhar lalu dilaksanakan salat jumat pertama yang sampai saat ini sudah menginjak umur 1079 tahun lamanya, lembaga keilmuan Islam ini  masih terus istikamah dalam menjaga pipa keilmuan Islam dari As-salaf As-soleh. Inilah faktor yang bisa menjaga dan melestarikan pipa keilmuan Islam hingga sekarang, yang menurut kaidah Ilmu Hadis itu disebut sanad, “'Al-Isnadu min Ad-din', sanad itu bagian dari agama. Jadi, sebenarnya kalau sudah belajar di Al-Azhar ini sanadnya tuh sudah sanad kelembagaan bukan lagi sanad perorangan. Karena Al-Azhar sudah mengumpulkan ulama-ulamanya, sehingga sudah terjamin kebenaran ilmu-ilmu yang ada di Al-Azhar ini”.


“Jadi kalau jalur sanad itu kita umpamakan dari zaman dahulu Rasulullah lalu sahabat, tabi’in, tabi’ittabi’in dan seterusnya. Itu ibaratnya ada pipa-pipa ya, jadi ada sumbernya dulu lalu disalurkan melalui pipa-pipa tersebut sampai kepada kita ini. Nah, pipa Al-Azhar ini masih nyambung terus, yaa mungkin ada karat-karat sedikit, wajar. Tapi airnya masih jernih sampai ke kita”, perumpamaan beliau dalam menggabarkan keabsahan sanad dan keilmuan Islam yang ada di Al-Azhar. Sehingga, pengetahuan Islam yang sampai ke kita sekarang ini benar-benar murni dari sumbernya, yaitu Rasulullah Saw. Maka ini menjadi satu kekuatan yang dimiliki oleh Al-Azhar dan juga dimiliki oleh mahasiswanya itu sendiri. Secara keilmuan, bisa dipertanggung jawabkan.  

Oleh: Yusril Mujahid

Related Posts

There is no other posts in this category.
Ikatan Keluarga Abiturien Attaqwa Mesir
  • Facebook
  • WhatsApp
  • Instagram
  • Subscribe Our Newsletter

    1 Komentar untuk "Sekjend OIAAI ke Kairo, apa saja pesannya untuk Masisir? "

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel