Menyoroti Ungkapan “ Marhaban Ya Syahra Ramadhan ” Dalam Tinjauan Bahasa dan Tafsir Al-Quran
Ungkapan ‘Marhaban Ya Syahra Ramadhan’ kembali menghiasi telinga kita, meski suasana dunia saat ini dirundung wabah pandemi Virus Covid 19, perasaan gembira menyambut bulan suci Ramadhan saat ini bercampur kesedihan yang
disebabkan musibah tersebut. Tentu sebagai Umat Muslim, sikap yang terbaik ialah menyerahkan semua perkara ini kepada Allah, serta berusaha untuk terhindar dari wabah yang sedang terjadi ini.
Penulis tidak
akan membahas Ramadhan di tengah musibah, karena menurut hemat penulis, sudah banyak bahasan itu diulas oleh
Ulama-Ulama Kontemporer sekarang ini, tetapi yang ingin penulis bahas ialah Ungkapan ‘Marhaban Ya Syahra Ramadhan’ yang sering kali diucapkan oleh Umat Muslim, ditulis di beberapa status WhatsApp, Instagram, Facebook dan Media
Sosial Lainnya. Dilantunkan oleh para Artis, Selebgram dan sebagainya.
Dalam Bahasa
Arab, kata ’Marhaban’ sebagaimana yang disebutkan dalam Mu’jam Al-Wasith (Salah satu referensi Ilmu Leksikografi Bahasa Arab) bermakna keluasan, kelapangan; yang berarti kelapangan dada seseorang ketika menerima tamu, atau ungkapan kesenangan seseorang jika bertemu dengan orang lain.
Di dalam kitab Al-Adzkâr, Al-Imam Nawawi
menyatakan kesunahan
mengucapkan kata ‘Marhaban’ ketika kita bertemu dengan orang lain
atau ketika kita kedatangan tamu, hal ini didasari oleh
Riwayat yang menceritakan kisah
Mi’raj Rasulullah SAW di Tujuh Langit. Rasulullah disambut oleh beberapa Nabi, seperti
Nabi Adam dan Nabi Musa dengan ungkapan, ‘Marhaban
Bil Akhishalih Wa Binnabiyi
Shalih’. Yang menunjukan kesenangan para Nabi menyambut Rasulullah SAW.
Dalam etika Islam, memang dianjurkan untuk mengucapkan ‘Marhaban’, selain memang sangat dianjurkan mengucapkan Salam (Assalamualaikum) ketika bertemu dengan
orang.
Salah seorang Ulama Mauritania membuat syair
tentang keutamaan mengucapkan
‘Marhaban’:
لا جرى ولا حبا
يا مرحبا يا مرحبا يا مرحبا من لم يقلها
لو قيل غيرمرحب للمجتبى لكان قول مرحب بكم حبا
“Siapa
yang tidak mengucapkan ‘Marhaban’ ketika tamu datang maka seakan dia tidak
gembira dengan kedatanganya
# Kalau bukan kata ‘Marhaban’ yang diucapkan ketika bertemu seseorang, maka kalimat lain itu akan menjadi
sia-sia”.
Berangkat dari sini, ungkapan ‘Marhaban’ yang
digunakan untuk menyambut bulan Ramadhan kiranya sangat tepat, karena hal tersebut menggambarkan betapa
gembiranya orang Muslim menyambut bulan yang mulia itu.
Kata selanjutnya yaitu “Ya Syahra Ramadhan”,
dalam literatur Bahasa Arab, gaya bahasa ini disebut sebagai Munada Mudhaf yang
digunakan untuk memanggil, berbeda dengan Munada Mufrad dan Munada Nakiroh Maqshudah yang Marfu, Munada Mudhaf
ini, memiliki Amal
Memanshubkan Isim Munada Mudhafnya, yang berarti kita harus melafalkan Ya
Syahra dengan Fathah karena Manshub, bukan kita lafalkan
dengan Ya Syahru. Adapun secara Bahasa Al-Syahru artinya ialah Bulan.
Kemudian kata Ramadhan,
merupakan nama bulan yang dimana kita diwajibkan puasa, Al-Imam Qurthubi
mengatakan bahwa, kata Ramadhan bermakna sesuatu yang panas, Ulama lain
menyebutkan dinamakan Ramadhan, karena dibulan ini dosa-dosa dibakar.
Secara I’rab Ilmu Nahwu, lafaz Ramadhan, jika kita susun dengan
kata Ya Syahra Ramadhan
, Ramadhan menjadi Mudhaf Ilaihi yang kemudian dibaca Jar,
adapun alamat Jar-nya, dengan Fathah, Karena Ismulladzi La
Yansharif, maka dibaca Ramadhana.
Jika dilihat
dalam kacamata Tafsir Al-Quran, ungkapan ‘Marhaban
Ya Syahra Ramadhan’, yang merupakan pengagungan Umat Muslim terhadap bulan suci Ramadhan, hal ini selaras dengan Firman Allah QS. Al-Hajj. Ayat 32, yang berbunyi : “Dan
Barang siapa yang mengagungkan Syiar-Syiar Allah, Maka Sesungguhnya hal itu
timbul dari Ketakwaan Hati”.
Syaikh Mutawalli
Al-Sya’Rawi, dalam salah satu
Pengajian Tafsirnya menyampaikan, bahwa Syiar-Syiar Allah ialah Ajaran-Ajaran Allah
SWT, yang jika kita agungkan
maka kita akan mendapatkan keridaannya. Syiar Allah misalnya Ihram, Haji, Thawaf, Sa’i dan ibadah lainnya, dalam konteks ini ialah Puasa Ramadhan.
Syaikh Sya’rawi
melanjutkan, bahwa pengagungan lebih besar dampaknya ketimbang
amalan atau perbuatan itu sendiri. Karenanya, Allah tidak mengucapkan barang siapa yang
mengamalkan Syiar-Syiar Allah, Akan tetapi Allah menyebutkan barang siapa yang mengamalkan dengan penuh rindu, cinta dan penghormatan, maka sesungguhnya hal itu timbul dari Ketakwaan Hati.
Berbeda sekali orang yang ingin mengamalkan amal saleh
kemudian ia melakukan dengan penuh pengagungan dan rasa cinta dengan orang yang
melakukan amalan hanya karena semata-mata menggugurkan kewajiban.
Maka, pengagungan Umat Muslim dengan kedatangan bulan
Ramadhan yang kemudian diinterpretasikan dengan ucapan ‘Marhaban Ya
Syahra Ramadhan’, merupakan bentuk pengagungan terhadap Syiar-Syiar
Allah, dan hal itu dianjurkan oleh Allah SWT.
Wallahu A’lam.
Oleh: Irfan
Faqihudin Mohamad, Lc.
Related Posts
There is no other posts in this category.
Subscribe Our Newsletter
Belum ada Komentar untuk ""MARHABAN YA SYAHRA RAMADHAN" BAGAIMANA ASAL-USULNYA? "
Posting Komentar