Esensi Puasa;
Sebuah Pendekatan Bahasa Arab
مرحبا يا شهر رمضان.....
مرحبا شهر الصيام....
Bulan Ramadhan merupakan bulan yang sangat didamba-dambakan kehadirannya oleh
seluruh umat muslim yang ada di muka bumi ini. Ia bagaikan hidangan istimewa
yang di sediakan untuk umat Rasulullah SAW. Kedatangannya membawa pemandangan
indah yang tidak hanya dinikmati oleh umat Islam semata, melainkan untuk
seluruh penjuru yang ada di persada bumi ini, sebagaimana yang diungkapkan oleh
seorang Penyair berkebangsaan Saudi Arabia yaitu Husein Ali Ibn Arab:
بشرى العوالم أنت يا رمضان # هتفت بك الأرجاء والأكوان
لك في السماء كواكب وضاءة # ولك النفوس المؤمنات مكان
سعدت بلقياك الحياة وأشرقت # وانهل منك جمالها الفتان
Engkau menjadi kabar gembira untuk
semesta Wahai Ramadhan, Harapan dan juga alam bersorak dengan kehadiranmu,
Seluruh bintang-bintang indah yang ada di
langit hanya tertuju padamu, Engkau bak jiwa untuk yang beriman
Sebab bertemu denganmu kehidupan begitu
bahagia serta bersinar, dan pesona kehidupan itu berasal darimu.
Itulah Ramadhan, bulan yang di dalamnya kita diwajibkan untuk berpuasa agar kita
menjadi Hamba Allah yang bertakwa. Beranjak dari sini, penulis akan mengupas kata demi kata tentang apa makna dari Romadhon itu sendiri? Kenapa dia dinamai Bulan
Ramadhan? Setelah itu, kita akan mengupas apa makna dari kalimat Puasa(صام)? Apakah kalimat صيام dan صوم itu memiliki makna yang
sama atau berbeda?
Pertama, kalimat Ramadhan secara etimologi terambil dari Bahasa Arab yang di mana akar katanya adalah رمض Ro, Mim, dan Dho (Romadho) yang artinya adalah
cuaca yang sangat panas, sedangkan tambahan alif dan nun tersebut menunjukkan
arti sempurna, seperti kalimat Al-Quran yang berarti, bacaan yang sempurna. Berangkat dari sini, kalimat Ramadhan itu adalah panas yang benar-benar dahsyat sehingga membuat
membuat bumi terasa panas dan kering. Sedangkan menurut terminologi Ramadhan adalah bulan Kesembilan Hijriyah
yang dimana di dalamnya umat muslim diwajibkan untuk berpuasa serta melakukan
ibadah sebanyak dan sebaik mungkin. Bulan Romadhon juga patut disebut sebagai
bulan yang sempurna, karna di dalamnya terdapat kelebihan-kelebihan yang tidak
dimiliki oleh bulan-bulan yang lainnya seperti; turunnya Al-Quran, terdapat malam Lailatul Qadar di dalamnya, maka dari itu tambahan huruf alif dan nun sangat tepat untuk nama bulan ini.
Kedua, setiap nama pasti memiliki
makna dan tujuan pada nama tersebut, sehingga antara nama dengan yang dinamakan itu sangat erat
tujuannya. Seperti halnya nama dari bulan ini yaitu Ramadhan. Ada banyak perkataan mengenai penamaan bulan kesembilan Hijriah ini, akan tetapi penulis akan menyampaikan
beberapa saja yang setidaknya memiliki hubungan erat dengan makna etimologi dan
terminologi.
a. pendapat pertama mengatakan bahwa bulan ini dinamakan Ramadhan, karena wajibnya puasa itu berdampingan dengan musim panas yang sedang dalam puncaknya, sangat
panas.
b.
Kedua, dinamakan Ramadhan karena membakar seluruh dosa-dosa dengan perbuatan-perbuatan baik.
Ketiga, kiranya
dua poin sebelumnya adalah jembatan untuk menuju poin inti kita, yaitu
mentadaburi kalimat puasa (صام) lebih dalam. Puasa berasal dari Bahasa Arab yaitu صام yang berarti إمسك yang artinya adalah menahan dari segala perbuatan, baik itu makan, berbicara, dan
berjalan, sebagaimana yang dikatakan oleh seorang penyair untuk kudanya yang tidak tahan untuk berjalan
serta makan:
خيل صيام وأخرى غير صائمة
Sedangkan, puasa menurut istilah syariat adalah suatu amalan ibadah
yang dilakukan dengan menahan diri dari segala sesuatu seperti makan, minum,
perbuatan buruk maupun hal-hal yang membatalkan puasa mulai dari terbitnya
fajar hingga terbenamnya matahari yang disertai dengan niat.
Keempat, menuju ke poin akhir yang di mana
kalimat صام itu
sendiri memiliki dua kalimat Mashdar yaitu صوم dan صيام. Dua Mashdar tersebut para Ahli Bahasa Arab Klasik menyebutkan bahwa kedua Mashdar tersebut memiliki substansi yang sama
yaitu menahan dari segala perbuatan. Seiring berjalannya waktu para Ahli Bahasa Arab Modern mulai memisahkan kedua Mashdar tersebut yang di mana masing-masing memiliki makna tersendiri. Mereka berpendapat
bahwa صوم
itu menahan untuk tidak berbicara, dengan dalil Surah Maryam ayat 26 yang berbunyi:
إني نذرت للرحمن صوما فلن أكلم اليوم إنسيا(٢٦) سورة مريم.
“Sesungguhnya aku telah bernazar
berpuasa untuk Tuhan yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara pada
siapa pun pada hari ini.”
Sedangkan makna صيام itu adalah menahan untuk
tidak makan.
Akan tetapi, sekiranya pendapat tersebut
menurut para Ahli Bahasa Arab lainnya itu tidak dibenarkan karna tidak memiliki landasan yang
valid. Karena para Ahli Bahasa Klasik seperti Imam Kholil, Abu Ubaidah, dan yang lainnya
berpendapat bahwa kedua Mashdar tersebut memiliki satu makna yaitu
menahan dari segala perbuatan, baik itu makan, minum, berbicara, itu karena berasal dari satu kata yaitu صام . Bahkan, jauh sebelum
Al-Quran itu turun, Bangsa Arab itu sendiri menggunakan kedua Mashdar tersebut dengan makna meninggalkan perbuatan secara mutlak. Adapun
kalimat صوم
yang tertera di surah Maryam itu karena adanya indikator pada kalimat
sesudahnya yaitu فلن أكلم.
Lalu, Ulama Balaghoh masa kini, di mana mereka menemukan satu kalimat di dalam surah Al-Baqarah ayat 183 yang berlafazkan الصيام,
mereka berpendapat bahwa bertambahnya suatu lafaz dalam huruf itu akan
menambahkan esensi maknanya. Dari kaidah dasar itulah mereka mulai menganalisa
kalimat tersebut, salah satunya adalah Dr. Ali Ali Shubh dalam kitabnya “At-tashwirul Qur’ani lil qiyamil
kholqiyah wat tasyri’iyyah” (Hal, 159-160). Bahwa kalimat صيام itu sendiri serupa
dengan mashdar فعال
yang akar katanya adalah فاعل
seperti contoh فارق- فراق، قاتل قتال
dan lain-lain. Diantara makna dari wazan فاعل-فعال kausalitas atau timbal
balik maka, di dalam ayat tersebut Allah pilih kalimat الصيام itu mencakup makna-makna
sebelumnya bahkan bisa lebih dari itu, karena substansi yang ada di dalam puasa tersebut memiliki banyak
kemaslahatan serta relevan dengan ajaran-ajaran Islam.
Inilah salah satu mukjizat Al-Quran ketika
mendeskripksikan salah satu rukun Islam ini yaitu kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan dengan lafaz الصيام
bukan الصوم
sebab substansinya yang
meluas, di antarnya yaitu:
a. a. المفاعلة والمشاركة
Bisa kita bilang makna dari kedua kalimat itu
dalam konteks puasa ini adalah saling membantu dalam kebaikan, menghargai
terhadap sesama manusia seperti bagaimana caranya orang yang sedang tidak
berpuasa menghargai orang yang berpuasa.
b. المجاهدة Salah satu makna dari
الصيام
adalah Mujahadah yaitu bagaimana kita terus berupaya
melawan hawa nafsu serta hal-hal negatif yang menuju keburukan.
dan masih banyak lagi substansi dari
kandungan kalimat الصيام
tersebut tapi, sekiranya dua dari makna itu dapat di jadikan inti dari lafaz
puasa.
Dari sini dapat terbukti bahwa, diksi
yang dipilih oleh Al-Quran sangatlah tepat pada ayat tersebut sebagai kewajiban
berpuasa, untuk apa puasa itu di wajibkan? Dari analisa bahasa tersebut dapat kita temukan bahwa, tujuan dari
puasa itu sendiri terdapat 2 poin utama:
a.
Dari sisi Rohani, puasa dapat membentuk moral terhadap manusia
sehingga menjadi pribadi yang baik, serta menjadikan diri lebih bertakwa karena puncak dari puasa
itu adalah لعلكم تتقون.
b.
Dari aspek Jasmani bahwa, sebenarnya puasa itu sendiri memiliki kesehatan bagi
tubuh di antaranya menyehatkan jantung, menurunkan gula darah, dan masih banyak
lagi.
Dan dua poin itu adalah tujuan besar disyariatkannya
puasa. Dari analisa bahasa tersebut kita dapat mengetahui esensi dari puasa itu
sendiri, sehingga puasa itu bukan hanya sebatas untuk menahan lapar dan haus saja. Karena, jika hanya sebatas pada itu, Unta
jauh lebih hebat dari pada kita, akan tetapi lebih dari itu bagaimana kita
memanfaatkan momen tersebut sebagai ajang untuk mendekatkan diri kepada Sang Khalik serta membentuk
pribadi yang lebih berkualitas, dan juga manusiawi.
Sekiranya, itu yang dapat penulis sampaikan, jika
benar itu semua datangnya dari Allah Swt semata dan jika salah itu murni dari
kesalahan, kealpaan, bahkan kelalaian penulis. Seorang Penyair berkata:
وما سمي الإنسان إلا لنسيه # وسمي القلب لأنه
يتقلب
Tidak dinamakan manusia karena sifat pelupanya, dan dinamakan hati karna sifatnya yang berubah-ubah.
Oleh: Rafli
Zulfikar
Related Posts
There is no other posts in this category.
Subscribe Our Newsletter
Belum ada Komentar untuk "Esensi Puasa; Sebuah Pendekatan Bahasa Arab "
Posting Komentar