HIJRAH KEINDAHAN



عن ابن مسعود رضي الله عنه قال, قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : "إن الله جميل يحب الجمال". (رواه مسلم)

“Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud RA. Beliau berkata, bahwasanya Rasulullah Saw. Bersabda: Sesungguhnya Allah Swt Itu Maha Indah dan senang kepada keindahan.” (H.R. Muslim)


Hijrah kepada keindahan, apa maksudnya?

Badan manusia, badan kita misalnya, agar supaya dapat bekerja dengan optimal, butuh kepada nutrisi yang baik, gizi yang baik, makanan yang baik dan minuman yang baik juga. Itu semua agar supaya badan ini bisa melakukan tugasnya dengan baik. Begitu juga hati manusia, agar supaya bisa melakukan tugasnya dengan baik, maka butuh kepada nutrisi yang baik, butuh kepada makanan dan minuman yang baik untuk hati kita. Karenanya, kita harus hijrah untuk memberikan nutrisi yang baik kepada hati ini.

Dengan cara apa? 

Dengan cara mentadabburi hadis yang disebutkan diatas, “Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan senang kepada keindahan”. Dengan cara hijrah keindahan.

Yaitu dengan cara melatih mata kita untuk melihat keindahan. Melatih pikiran kita untuk memikirkan yang indah. Melatih telinga kita untuk mendengarkan yang indah-indah. Melatih perkataan kita untuk berkata yang indah. Agar supaya hati ini penuh dengan keindahan. Karena, apabila hati kita sudah penuh dengan keindahan maka akan dengan mudah hati ini akan memerintahkan kepada anggota tubuh untuk melakukan keindahan. Dan ini dicintai, disenangi oleh Allah Swt Yang Maha Indah, inilah tujuannya.


Bagaimana caranya melatih mata kita agar senantiasa melihat kepada keindahan. Melihat indah kepada sesuatu yang indah itu biasa. Namun yang luar biasa adalah kita melihat keindahan pada yang banyak orang ketika melihat sesuatu tersebut tidak indah.

Misalnya, suatu saat Rasulullah Saw. Berjalan bersama sahabat-sahabat beliau, mereka melihat bangkai kambing, apa yang dikatakan oleh Rasulullah Saw, “sungguh kulit bangkai ini bisa diambil manfaatnya.” Ketika kita melihat bangkai yang terbesit dipikiran kita adalah bahwa bangkai itu adalah sesuatu yang bau, sesuatu yang najis. Tapi, Rasulullah Saw mengajarkan bahwa beliau tidak melihat kepada baunya, tidak melihat bahwasanya bangkai itu najis, tapi melihat kepada yang indah dari bangkai kambing itu, yaitu kulitnya bisa diambil manfaat.






Dikisahkan juga bahwasanya Nabi Isa Alahissalam suatu saat berjalan bersama sahabat-sahabatnya, kemudian melihat bangkai anjing. Biasanya manusia melihat ini merasa jiji, adalah Sesuatu yang negatif, karenanya sahabat-sahabat Nabi Isa mengatakan betapa baunya bangkai anjing ini. Namun apa yang dilihat oleh Nabi Isa Alaihissalam Maa abyadha sinnahu, betapa putih gigi anjing itu”. Nabi Isa tahu bahwasanya ini adalah sesuatu yang bau, tapi beliau membiasakan penglihatannya untuk senantiasa melihat kepada keindahan, yaitu kepada giginya yang putih.


Yang lebih luar biasa lagi Rasulullah Saw, ketika diusir, bahkan bukan hanya di usir tapi akan dibunuh oleh kaum beliau sendiri di Makkah, oleh keluarga beliau sendiri di Makkah, mereka ingin menghentikan dakwah Rasulullah Saw. Ketika beliau hijrah, ketika hendak keluar dari Makkah apa yang Rasulullah katakan, “Wahai Makkah betapa aku mencintaimu”. Beliau melihat kepada keindahan, melihat masa-masa indah ketika di Makkah, hati Rasulullah Saw mencintai Makkah, tidak terfokus pada saat penduduk Makkah membenci beliau, beliau tidak melihat itu, tapi melihat kepada keindahan. Subhanallah, Beliau mengajarkan kepada kita untuk fokus melihat keindahan.
Begitu juga Rasulullah Saw mengajarkan kepada kita untuk berkata yang indah:

من كان يومن بالله واليوم الأخر فليقل خيرا أو ليصمت

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam”. (H.R. Bukhari dan Muslim)


Jika kita tidak bisa mengatur, tidak bisa menguasai perasaan dan pikiran kita yang biasanya pikirian atau perasaan tidak baik itu datang dengan sendirinya, datang tiba-tiba, tapi setidaknya kita bisa mengatur perkataan kita. Ketika kita mengatakan hal yang baik, ini akan memberikan energi, nutrisi, gizi kepada hati kita untuk melakukan yang baik. Jika kita tidak bisa melakukan itu semua maka diamlah. Diam artinya kita tidak memberikan komentar apapun. Jika misalnya kita sudah tidak kuat menahan untuk berkomentar, maka jangan dibicarakan. Karena itu akan melatih hati kita supaya tidak mengatakan hal yang buruk, tidak menoleh kepada hal yang buruk.
Karena itu Rasulullah Saw bersabda:

من حسن الإسلام المرء تركه مالا يعنيه

"Diantara tanda kebaikan keislaman seseorang adalah ia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat, yang tidak penting baginya”.

Barang siapa yang bisa diam dari hal yang tidak baik maka hatinya akan bisa tidak melihat, kepada yang tidak penting, yaitu kepada selain Allah Swt. Ini akan melatih hati kita untuk melihat Allah Swt.

Di bulan Ramadan dan pada situasi pandemi COVID-19 ini, mari bersama-sama kita ambil momentum berharga ini untuk hijrah keindahan. Melatih penglihatan kita, pendengaran kita, pikiran kita untuk melihat kepada keindahan. Pada situasi pandemi ini yang kebanyakan dari kita menilai ini adalah sebuah bencana, sesuatu yang buruk, maka pada momen Ramadan ini kita latih semua indra kita untuk melihat keindahan, melihat kebaikan. Pasti dibalik ini semua ada keindahan, ada kebaikan dari Allah Swt.

Semoga kita semua diberi kekuatan oleh Allah Swt agar pandangan kita bisa melihat yang baik, pendengaran kita, pikiran kita, tutur kata kita, sampai tingkah laku kita yang keluar adalah keindahan dan kebaikan. Semoga hati kita menjadi “Qalbun salim” yaitu hati yang selamat, hati yang bisa melihat Allah Swt dan melihat Rasulullah Saw.



Oleh: Fairuz Azzimaamy

Related Posts

There is no other posts in this category.
Ikatan Keluarga Abiturien Attaqwa Mesir
  • Facebook
  • WhatsApp
  • Instagram
  • Subscribe Our Newsletter

    1 Komentar untuk "HIJRAH KEINDAHAN"

    1. Sebuah tulisan yang sangat bermanfaat. Mengubah pandangan yang buruk menjadi baik. Karena memang benar mayoritas manusia selalu memandang buruk tanpah melihat satu sisi kebaikan. Kertas putih yang diberi tinta hitam setitik akan menghalangi penglihatan kita pada selain tinta ditengah putihnya kertas.
      Salam dari saya mahasiswa UIN Bandung, Alumnus Attaqwa 2015

      BalasHapus

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel