Resume Majma'
Attaqwa Kitab Ayyuhal Walad, Hari Jum'at 26 Maret 2021. #2
Oleh :
Yuzhril Dasha Pancha
Hujjatul Islam, Imam Abu Hamid Al-Ghazali (505 H) menuliskan di dalam kitabnya yang berjudul Ayyuhal Walad tentang beberapa nasihat, diantaranya :
لا تكنْ مِنَ الأَعْمالِ مُفْلِساً، ولا مِنَ الأَحْوالِ خَالِياً،
وتَيَقَّنْ أَنَّ العِلْمَ المُجَرَّدَ لا يَأخُذُ بِاليَدِ. مِثَالُهُ :
لَوْ كانَ على رَجُلٍ في بَرِّيَّةٍ عَشْرَةُ أَسْيافٍ هِنْدِيَّةٍ مَعَ
أَسْلِحَةٍ أُخْرَى، وَكَاَن الرَّجُلُ شُجَاعاً وأَهْلَ حَرْب، فَحَمَلَ عَلَيْهِ
أَسَدٌ عَظِيمٌ مَهيبٌ فَمَا ظَنُّكَ ؟ هَلْ تَدْفَعُ الأَسْلِحَةُ شَرَّهُ عَنْهُ
بِلا اسْتِعْمالِها وضَرْبِها ؟! ومِنَ المَعْلُومِ أَنَّهَا لَا تَدْفَعُ إِلَّا
بالتَّحْرِيكِ والضَّرْبِ. فَكَذَا لَوْ قَرأَ رَجُلُ مِائَةَ أَلْفِ مَسْأَلَةٍ
عِلْمِيَّةٍ وتَعَلَّمَهَا ولم يَعْمَلْ بِهَا، لا تُفِيدُهُ إِلَّا بِالعَمَلِ
ومِثَالُهُ
أيضاً : لَوْ كَان لرَجُلٍ حَرَارَةٌ و مَرَضٌ صَفْرَاوِي يَكُونُ عِلاجُهُ
بالسَّكَنْجَبِينِ و الكَشكَاب فَلا يَحْصُلُ البُرْءُ إلَّا باسْتِعْمَالِهِمَا.
Artinya : “Janganlah kamu menjadi
anak yang muflis (merugi dalam amal dan sepi dalam perbuatan). Yakinlah ilmu
tanpa amal tidak akan bisa memberi manfaat, hal itu seperti seorang laki-laki
di tengah hutan sambil membawa sepuluh pedang Hindia dan membawa beberapa
tombak dan ia seorang yang pemberani dan ahli pedang. Kemudian ia sergap
harimau yang besar dan menakutkan. Apa yang kamu sangka ? Apakah pedang dan
tombak itu bisa menolak kebuasan harimau tanpa digunakan dan dipukulkan ? Tentu
alat-alat itu tidak bisa bermanfaat kecuali digerakkan dan dipukulkan. Begitu
juga jika ada orang yang membaca masalah ilmiah dan mendalaminya dengan tekun
selama 1000 tahun, tetapi tidak mengamalkannya, maka semua itu tidak akan
memberi faidah. Kecuali dengari diamalkan. Begitu juga orang yang tubuhnya panas
terkena penyakit kuning yang obatnya dengan daun sakanjabin dan kaskab,
kesembuhan tidak akan berhasil kecuali dengan menelannya.”
Bayangkan, pada awalnya banyak
pahala dibawa ke akhirat termasuk solat, puasa, zakat, dan sebagainya, namun
sayang semua pahala itu habis diberikan kepada orang lain disebabkan dosa yang
dilakukan terhadap mereka. Setiap manusia akan menuntut semula pembalasan di
atas setiap kezaliman yang pernah dilakukan seseorang di dunia dahulu.
Antara dosa yang paling banyak dilakukan sesama manusia adalah disebabkan lidah. Lidah yang tidak bertulang ini kadang kala disalahgunakan untuk memaki, mencela, memfitnah, dan menuduh orang lain dengan tuduhan jahat. Begitu juga amalan mengadu domba, mengumpat dan seumpamanya.
جلس معهم ذات يوم فسألهم "كما روى مسلم في صحيحه عن أبي هريرة" : [أتدرون ما المفلِسُ؟ قالوا: المفلِسُ فينا من لا درهمَ له ولا متاعَ. فقال: إنَّ المفلسَ من أمَّتي، يأتي يومَ القيامةِ بصلاةٍ وصيامٍ وزكاةٍ، ويأتي قد شتم هذا، وقذف هذا، وأكل مالَ هذا، وسفك دمَ هذا، وضرب هذا. فيُعطَى هذا من حسناتِه وهذا من حسناتِه. فإن فَنِيَتْ حسناتُه قبل أن يقضيَ ما عليه، أخذ من خطاياهم فطُرِحت عليه ثمَّ طُرِح في النَّارِ.](رواه مسلم)
Jawaban itu tentu bukan yang
dimaksud oleh Nabi, seraya meluruskan jawaban mereka, Nabi lalu menjelaskan
bahwa yang muflis di antara umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat
dengan membawa amal-amal shalat, puasa, dan zakat. Tetapi, ia pernah mencaci,
menuduh zina, merampas harta, membunuh, dan memukul orang lain. Maka pahala
kebajikan orang tersebut akan diberikan sebagai tebusan kepada orang-orang yang
dizaliminya itu.
Dan, apabila kebajikannya sudah
habis, sementara kesalahan-kesalahannya belum semua tertebus, dosa orang-orang
tersebut akan ditimpakan kepada orang tadi. Kemudian, ia dilemparkan ke dalam
neraka.” (HR Muslim). Itulah orang yang muflis!
Orang muflis mulanya merasa bangga
dan takjub kepada dirinya bahwa ia telah shalat, puasa, zakat, haji, dan lainnya. Di lain sisi, ia juga melakukan dosa-dosa sosial dan moral. Oleh karena itu,
muhasabah menjadi sangat penting dilakukan kapan pun, lebih-lebih pada akhir tahun, agar
jangan sampai amal-amal saleh kita tergerogoti oleh dosa-dosa sosial dan moral
sehingga menjadi bangkrut, bahkan tekor.
Untuk
menjauhkan diri dari kebangkrutan dunia dan akhirat, kita harus selalu memaknai
hidup dengan berusaha menjadikan masa depan kita lebih baik.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ
وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ
خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang akan diperbuat untuk hari esok (akhirat),
dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah itu Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.” (QS Al-Hasyr [59]: 18)
Bukankah kita
termasuk merugi jika neraca amal kita sama dengan hari kemarin atau tahun
kemarin. Bahkan, kita sungguh terlaknat jika hari ini, bulan ini, atau tahun
ini, amal kita justru lebih menurun dari hari, bulan, dan tahun sebelumnya.
Maka dari
pada itu, hendaklah kita sebagai seorang muslim yang baik untuk selalu
memperhatikan apapun yang kita perbuat haruslah di sertai dengan menjaga dari
perbuatan yang buruk. Karena tentu kita tidak ingin segala amalan yang kita perbuat menjadi
sia-sia, tersebab perbuatan buruk yang sekiranya dengan sangat mudah sekali untuk kita
hindari.
Wallahua’lam.
Related Posts

Subscribe Our Newsletter
Belum ada Komentar untuk "Ganjaran Untuk Mereka Yang Meremehkan Perbuatan Memaki, Mencela, Dan Memfitnah"
Posting Komentar