Ramadhan
Kali Ini Gak Ada Shalat Taraweh, Terus Gimana Dong?
Saya ingin memulai
tulisan sederhana ini dengan kembali melihat
asal muasal teraweh ini dilaksanakan. Baiklah, shalat taraweh merupakan suatu
ibadah shalat yang dilakukan hanya pada bulan Ramadhan. Dinamakan dengan
taraweh sendiri yang dalam bahasa Arab artinya istirahat, karena, saat itu Rasulullah Saw
dan para sahabat ketika pelaksanaannya beristirahat pada setiap kali selesai
empat rakaat, karenanya ia disebut dengan shalat taraweh.
Merujuk pada hadis
yang diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah Ra bahwa ketika itu, pada suatu malam di
bulan Ramadhan, Rasulullah Saw shalat di masjid dan ternyata banyak para sahabat
yang kemudian mengikuti apa yang sedang Rasulullah lakukan. Pada hari ketiga
atau keempat, para sahabat sudah berkumpul menunggu Rasulullah Saw, akan tetapi Beliau tidak
keluar menemui mereka. Baru saat pagi datang beliau bersabda, “Sungguh aku
lihat apa yang kalian lakukan tadi malam. Tapi aku tidak datang ke masjid
karena aku takut sekali bila justru shalat ini diwajibkan pada kalian.”
Hadis inilah yang
dijadikan argumentasi oleh para ulama untuk melaksanakan shalat taraweh di masjid
dengan tetap menghukumi bahwa ibadah ini dihukumi sunnah yang hanya dilakukan pada
bulan Ramadhan. Dari hadis ini juga kita dapat mengetahui bahwa sebenarnya
Rasulullah Saw tidak selamanya melaksanakan shalat taraweh di masjid, hanya
pada awal-awal Ramadhan saja. Karena takut, timbul persepsi bahwa shalat
taraweh ini wajib hukumnya.
Baru pada masa
khalifah Umar bin Khattab Ra lahir inovasi baru tata cara pelaksanaan ibadah
shalat taraweh. Sebelumnya, saat itu shalat taraweh dilakukan secara munfarid
atau sendiri-sendiri, ada juga yang berkelompok yang terdiri dari 3-6 orang di
masjid. Namun, belum ada upaya untuk melaksanakannya secara berjamaah dengan
satu imam sebagai pemimpin shalat di masjid. Hingga pada masa Sayidina Umar, lahir inovasi untuk
menjadikan shalat taraweh ini berjamaah yang dipimpin oleh satu imam.
Ketika itu Sayidina
Umar bin Khattab Ra bersama dengan Abdurrahman bin Abd Qari pergi ke masjid
pada bulan Ramadhan, dan ternyata didapati di dalam masjid banyak orang yang shalat
taraweh berbeda-beda. Ada yang munfarid dan ada juga yang berjamaah. Lalu Sayidina Umar berkata, ”Aku punya pendapat, jika mereka aku kumpulkan
dalam satu jamaah yang dipimpin oleh
satu imam,
itu akan jauh lebih baik.” Lalu dikumpulkanlah mereka dengan menunjuk sahabat
Ubay bin Ka’ab sebagai imam. Kemudian pada malam berikutnya Sayidina Umar datang lagi ke
masjid. Orang-orang sudah melaksanakan shalat taraweh secara berjamaah yang
dipimpin oleh satu imam. Sayidina Umar lantas berkata, ”Inilah sebaik-baiknya bid’ah”.
Begitu riwayat yang terekam dalam kitab Shahih Bukhari.
Ramadhan kali ini
terasa ada yang berbeda. Banyak tradisi yang hanya dilakukan pada bulan
Ramadhan, akan tetapi pada kesempatan
kali ini tidak sepenuhnya bisa dilaksanakan. Di antanya shalat taraweh yang
turut terkena imbas dari Pandemi ini. MUI sendiri dan lembaga-lembaga fatwa di berbagai
negara mengeluarkan fatwa untuk tidak melakukan shalat taraweh di masjid dan
melaksanakannya di rumah dengan keluarga. Hal ini dilakukan sebagai bentuk antisifatif
tersebarnya Covid-19 yang kapan saja dapat menginfeksi kita. Tentu banyak
respon yang lahir dari fatwa tersebut di tengah masyarakat, ada yang menerima,
menolak atau hanya sekedar mengikuti.
Melihat konteks
saat ini, kita seakan diajak untuk kembali pada tahun kedua hijriyah di mana
shalat taraweh ini pertama kali disyariatkan. Di mana para sahabat
mengerjakannya di rumah. Dari sini, paling tidak kita melihat dua pelajaran
yang bisa kita petik.
Pertama, bahwa kita
diajak untuk melihat bagaimana generasi awal, yang Rasulullah sebut sebagai
generasi terbaik dalam beribadah.
Untuk kembali meneladani para salaf saleh saat menyembah Sang Khaliq.
Ketulusan, keikhlasan, kesadaran bahwa kita semua adalah hamba. Maka sepatutnya
juga kita menghamba pada Sang Pencipta.
Disadari atau tidak, bisa jadi selama ini kita
terjabak dalam cara ibadah yang masih mengharap imbalan. Kita shalat maka Tuhan
harus memberi pahala, kita puasa maka Tuhan harus memberi imbalan, kita
bersedekah maka Tuhan harus mencatatnya
sebagai sebuah amal kebaikan. Seakan di bumi yang Ia ciptakan untuk kita ini
justru kita bertanya kembali, apa yang Kau berikan saat Aku sujud pada-Mu?
Tidak ada yang gratis untuk Tuhan. Kita terjebak dalam sistem beribadah yang
transaksional.
Nah, momen ini sebenarnya
sangat tepat untuk kita kembali menyadari itu semua. Ramadhan kali ini seakan
Tuhan ingin menegur kita bahwa ada yang salah dari cara kita menyembah-Nya
selama ini. Lalu
merefleksikan itu semua dan memulainya kembali dengan penuh kesadaran, bahwa menghamba adalah
tujuan utama kita diciptakan. Selaras dengan firman-Nya, “Dan tidaklah Aku
menciptakan manusia dan jin kecuali untuk menyembah-Ku.”
Kedua, kita diajak
untuk menyadari bahwa beragama atau beribadah tak melulu soal waktu, tempat dan
jumlah bilangan. Kita dituntut untuk beragama tidak hanya pada permukaan. Ayo, coba menyelam lebih
dalam. Menyadari bahwa Tuhan melihat kita dan kita meliha-Nya. Itu berarti
waktu, tempat, dan jumlah bilangan hanya menjadi wasilah yang artinya malam
atau siang, di rumah atau di masjid, sedikit atau banyak itu semua tidak
menjadi halangan kita untuk menyadari bahwa Tuhan melihat kita dan kita
melihat-Nya. Inilah yang dalam Islam disebut dengan Ihsan. Saat nilai Ihsan ini tertanam dalam
diri kita, di mana pun, kapan pun, berapa pun, itu semua malah menyadari kita
bahwa eksistensi
Tuhan tidak terbatas.
Dengan demikian,
saat kita memahami dua pelajaran tadi, paling tidak kita sadar bahwa situasi
pandemi seperti sekarang ini tidak sama sekali mengurangi esensi dari Ramadhan
itu sendiri, shalat taraweh di rumah bukan berarti Ramadhan tidak ada. Ramadhan
tetaplah Ramadhan yang di dalamnya penuh ampunan, penuh kemuliaan, penuh kasih
sayang, yang di dalamnya ada satu malam
yang lebih baik dari seribu bulan.
Oleh:
Misbahul Badri
Related Posts
There is no other posts in this category.
Subscribe Our Newsletter
Belum ada Komentar untuk "RAMADHAN KALI INI GAK ADA TRAWEH!"
Posting Komentar