Resume Majma’ Attaqwa Kitab Ayyuhal Walad, Hari Jum’at 09 April 2021. #4


Oleh : Gina Nuha Syafiqoh



Dalam risalah Ayyuh al-Walad bahwasanya Imam Abu Hamid Al-Ghazalli (505 H) berkata:


ما لم تعمل لم تجد الأجر؛ حكي أن رجلا من بني اسرائيل عبد الله تعالى سبعين سنة، فأرد الله تعالى أن يجلوه على الملائكة فأرسل الله إليه ملكا يخبره أنه مع تلك العبادة لا يليق به دخول الجنة، فلما بلغه قال العابد: نحن خلقنا للعبادة، فينبغي لنا أن نعبده، فلما رجع الملك قال: إلهي... أنت أعلم بما قال، فقال الله تعالى: "إذا هو لم يعرض عن عبادتنا، فنحن مع الكرم – لا نعرض عنه، اشهدوا يا ملائكتي أنى قد غفرت له."


Artinya: “Jika kamu tidak mengamalkan (ilmu yang didapat) niscaya kamu tidak akan mendapatkan ganjaran (pahala), diceritakan bahwa ada seorang laki-laki dari Bani Israil yang menyembah Allah SWT selama 70 tahun lamanya, lalu Allah SWT ingin menunjukkan keadaan hamba-Nya dihadapan para malaikat (terkait ibadahnya), maka Allah SWT mengutus malaikat untuk mengabarkan bahwa, ia dengan ibadahnya tersebut tidak layak masuk syurga. Ketika berita itu sampai, laki-laki itu berkata: “kami diciptakan untuk beribadah, maka sudah sepatutnya kami menyembahi-Nya.” Maka, ketika malaikat itu kembali (menghadap Allah SWT) ia berkata: “Wahai Tuhanku.. Engkau lebih mengetahui apa yang ia katakan, kemudian Allah SWT berfirman: “Jika ia tidak berpaling dari-Ku, niscaya Aku pasti bersama orang-orang yang mulia –Kami tidak akan berpaling darinya, saksikanlah wahai para malaikat sungguh Aku telah mengampuni dosanya.”


Risalah di  atas mengingatkan kita, bahwa sebanyak apapun ilmu yang kita miliki jika tidak dimanifestasikan maka tidak ada faedahnya. Tersebab, ilmu akan memancarkan cahayanya ketika diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh pemiliknya. Hal yang demikian itu, senada dengan firman Allah SWT yang berbunyi: 


أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ 

Mengapa kamu suruh orang lain untuk mengerjakan kebaikan, sedangkan kamu melupakan kewajiban untuk dirimu sendiri, padahal kamu membaca al-Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir? (Al-Baqarah : 44). 


Konteks mengimplementasikan ilmu dalam aktivitas sehari-hari juga selaras dengan kalam hikmah yang masyhur di kalangan penuntut ilmu:


العلم بلا عمل كالشجر بلا ثمر

Ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buah. 


Kendati demikian, bahwa ilmu yang telah dipelajari harus dibarengi juga dengan pengamalannya, bukan hanya sekedar menambah pengetahuan ataupun intelektual, apalagi jika diniatkan untuk membodoh-bodohi orang lain. Oleh karena itu, seorang penuntut ilmu semaksimal mungkin berjuang merealisasikan tujuan agung penciptaan manusia, yaitu untuk beribadah kepada Allah SWT semata. 


Dikisahkan seorang lelaki dari Bani Israil yang telah beribadah selama 70 tahun, kemudian Allah SWT pun mengutus malaikat kepadanya untuk mengabarkan bahwa meskipun ia telah beribadah selama 70 tahun, tetapi tidak menjadikan ia layak untuk masuk syurga. Lantas, lelaki itu menjawab: “aku diciptakan untuk beribadah, maka tugasku yaitu beribadah,” dengan jawaban seperti itu maka Allah berfirman: “Jika ia tidak berpaling dari Ku, niscaya Aku pasti bersama orang yang mulia –Kami tidak akan berpaling darinya, saksikanlah wahai para malaikat sungguh Aku telah mengampuni segala dosanya.” 


Dari kisah di atas, mengindikasikan bahwa tujuan Allah SWT menciptakan manusia dan alam semesta ini untuk menjadikan hamba Allah SWT yang taat dalam beribadah kepada–Nya, secara sungguh-sungguh dan penuh keikhlasan tanpa mengharapkan apapun. Sebagaimana telah termaktub firman Allah SWT dalam surah adz-Dzariyat ayat 56, "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." 



Lalu, apakah ibadah yang telah dilakukan dengan kesungguhan hati dan keikhlasan menjamin kita untuk meraih surga-Nya? Tentu jawabannya pun  “belum pasti.


Mari kita menengok salah satu firma-Nya dalam surah ali-Imran ayat 142, Allah menjelaskan dalam firman-Nya yang berbunyi:


أم حسبتم أن تدخلو اْ الجنة ولما يعلم الله الذين جهدواْ منكم ويعلم الصبرين                                   

Artinya : “Apakah (kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belumlah diketahui oleh Allah orang-orang yang berjihad diantara kamu dan belum diketahui-Nya  orang-orang yang sabar) dalam menghadapi kesusahan.”


Ayat tersebut memberikan pesan kepada seorang mukmin, agar tidak hanya beribadah atau beramal shalih kepada-Nya untuk terhindar dari siksa api neraka ataupun dimasukkan ke dalam surga-Nya, melainkan beramal shalih untuk mencari dan meraih rahmat dan ridha-Nya. Karena sesungguhnya sebuah amal itu tidak akan memasukkan seseorang ke dalam surga serta tidak pula menyelamatkan dari neraka, kecuali dengan rahmat Allah SWT. 


Dalam merespon hal tersebut, Sahabat Ali bin Abi Thalib RA serta anaknya, Hasan RA, berkata:


وقال علي رضي الله عنه: (من ظن أنه بدون الجهد يصل فهو متمن، ومن ظن أنه يبذل الجهد يصل فهو مستغن)

Orang yang mengharapkan masuk syurga tanpa adanya upaya terhadap (apa yang Allah SWT perintahkan) itu sama saja seperti orang yang berandai-andai, dan orang yang menganggap bahwa segala bentuk perbuatannya (dapat menjadikan ia layak masuk syurga) maka ia seperti orang yang sombong. 


وقال الحسن رحمه الله تعالى: (طلب الجنة بلا عمل ذنب من الذنوب)

Karena mengharapkan syurga tanpa melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan – Nya adalah salah satu perbuatan dosa.


Wabakdu, seyogianya setiap Muslim harus meluruskan niat tentang apapun yang  ia dilakukan agar semata-mata karena Allah SWT dan meraih ridha-Nya. Tersebab niat yang ditujukan kepada selain Allah SWT akan menjadi sebab gugurnya pahala. Segala sesuatu yang kita niatkan untuk ibadah akan diganjar Allah dengan pahala dan bernilai ibadah, dan yang mesti di garis bawahi di sini, bahwa kuantitas keilmuan seseorang tidak akan menjamin dirinya berkualitas jika tidak di amalkan dalam kehidupan sehari-hari.


Semoga kita terhindar dari segala ucapan yang tidak dibungkus dengan perbuatan, ini tercantum dalam ungkapan manis dari Imam Bushiri: 


أستغفر الله من قول بلا عمل # لقد نسبت به نسلا لذي عقم

Artinya:  Aku memohon ampun kepada Allah dari perkataan tanpa adanya tindakkan, sungguh hal itu kusamakan seperti orang yang mandul (tak mampu memiliki keturunan).

 

 

Related Posts

Ikatan Keluarga Abiturien Attaqwa Mesir
  • Facebook
  • WhatsApp
  • Instagram
  • Subscribe Our Newsletter

    Belum ada Komentar untuk "Urgensitas Dalam Mengimplementasikan Ilmu Yang Dimiliki"

    Posting Komentar

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel