Oleh: Alfan Agung Prabowo

بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله ربّ العالمين, والعاقبة للمتقين ولا عدوان إلا على الظالمين, وأصلي وأسلم على المبعوث رحمة للعالمين سيدنا ومولانا رسول الله وعلى اله وصحبه ومن واله, وبعد.

Al-Azhar asy-Syarif setiap bulannya mengeluarkan majalah edisi terbaru. Di dalamnya diisi dengan pembahasan menarik yang sedang populer di kalangan masyarakat. Pada bulan Februari ini, Al-Azhar Asy-Syarif mengeluarkan edisi yang membahas Interelasi dan Korelasi antara Ilmu Bahasa Arab dengan Ilmu Keislaman. Pembahasan ini juga membawa sebuah permasalahan apakah ilmu bahasa arab itu mempunyai hubungan erat dengan ilmu keislaman, atau bahkan, keduanya tidak mempunyai hubungan sama saekali. Oleh karena itu, kami akan memaparkan secara general pembahasan tersebut.

Pembahasan ini muncul untuk menyempurnakan apa yang masih asing dipermasalahan dan artikel-artikel lalu, terkhusus yang membahas tentang diskursus tersebut. Pun, ini menjadi urgensitas bagi kita selaku mahasiswa al-Azhar. Karena, di setiap pembelajaran seperti di kampus dan talaki bersama masyaikh bahasa Arab terbilang sering digunakan. Maka dari itu, seorang talib Al-Azhar wajib mengetahui ilmu bahasa arab beserta kaidahnya, interelasi, dan korelasinya terhadap ilmu-ilmu lain.

Bagi mereka yang menyibukkan dirinya untuk mendalami ilmu kalam, sangat signifikan sekali untuk memahami kaidah-kaidah bahasa Arab. Seperti yang terjadi sekarang ini, sebagian manusia, sedikit banyaknya menyimpang di dalam permasalahan keyakinan. Tersebab ketidaktahuan mereka di dalam memahami bahasa Arab. Seperti yang dikatakan oleh Imam az-Zuhri, ”Kebanyakan manusia salah di dalam menafsirkan al-Qur’an tersebab ketidaktahuannya mereka dalam bahasa Arab. Maka dari itu, keselamatan akidah tidak terlepas dari pemahaman bahasa Arab yang benar”. Abu Ubaidah berkata: ”Saya mendengar Abu Ayyub as-Sakhtiyani berkata: ‘Kebanyakan orang yang sesat di daerqah Iraq itu karena minimnya mereka dalam pemahaman bahasa Arab.’”


Ahli kalam berpendapat bahwa pemahaman dalam bahasa Arab merupakan syarat berpandangan sesorang di dalam permasalahan agama. Tanpa pemahaman itu, maka tidak sempurna—seperti yang diutarakan Imam Juwaini. Bahkan, sebagian dari mereka ada yang lebih jauh dari itu. Menurut mereka, mempelajari bahasa Arab dengan ilmunya merupakan suatu hal yang wajib dari yang wajib—seperti yang diutarakan Imam Razi. Al-qur’an mengajak kita untuk merenung dan berfikir di setiap permasalahan. Maka dari itu, penting bagi kita untuk memahami bahasa arab beserta kaidahnya. Allah SWT berfirman:

( أفلا يتدبرون القران ولو كان من عند غير الله لوجدوا فيه اختلافا كثيرا ), ]النساء : 82 [.

Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari berkata: “Jikalau al-Qur’an bukan dari bahasa arab, maka tidak mungkin kita bisa merenungkannya dan tidak bisa mengetahui maknanya ketika kita mendengarnya. Allah SWT juga berfirman:

 ( إنّأ جعلناه قرءانا عربيا لعلكم تعقلون ), ] الزخروف : 3 [.

“Kami menjadikan Alquran itu bahasa Arab agar kalian berakal.”

Banyak sekali kita temukan istilah-istilah nahu, saraf, maupun balagah yang terdapat di setiap pembahasan akidah dan permasalahan ilmu kalam. Ibnu Jinni memberikan sebuah isyarat bahwa praktek ushul nahu bergantung pada ilmu kalam dan ilmu fikih. Beliau pun berbicara lebih jauh tentang ‘illah kaidah bahasa arab; apakah ‘illah­-nya itu dari ilmu kalam atau dari ilmu fiqh? Maka Ibnu Jinni mengatakan bahwasannya ‘illah kaidah nahu itu lebih dekat dengan ‘illah-illah ahli kalam daripada ‘illat orang fakih. Seperti contohnya, di dalam nahwu, i’rab itu menggunakan kaidah yang mirip dengan kaidah filsafat seperti taqdim al-amil ala al-ma’mul sama halnya dengan teori falsafah taqdim al-‘ilal ala al-ma’mul. Oleh karena itu, setiap teori ilmu nahu sangat erat kaitannya dengan ilmu filsafat.

Sebagian ulama ilmu kalam menggunakan ilmu-ilmu dari bahasa arab. Itu pun menjadi penyumbang terbesar di dalam kaitannya antara ilmu kalam dengan ilmu bahasa arab dalam penggunaan istilah. Seperti contohnya, Ibnu Muqaffa, teman dari pada Khalil bin Ahmad, ia mempermudah orang arab untuk meneliti dan memahami pengetahuan-pengetahuan dari Yunani. Ia menerjemahkan mantiknya Aristoteles ke dalam bahasa arab. Hal ini, merupakan sumbangsih terbesar pengaruh ilmu kalam dengan ilmu bahasa arab. Juga diceritakan bahwa Imam Farra’, beliau selain ahli bahasa, juga sebagai ahli kalam yang mana beliau lebih condong kepada muktazilah. Beliau juga berfilsafat atau memakai bahasa/istilah filsafat di dalam karangan beliau.

Dari sini, dapat kita ketahui bahwa interelasi dan korelasi antara keduanya merupakan hubungan yang jelas. Bahwa ilmu kalam merupakan salah satu hal yang penting dari ilmu keislaman. Disamping itu, ilmu kalam juga memberikan efek yang jelas kepada ilmu lainnya. Dapat kita lihat dari pokok pembicaraan yang terkadang membahas keimanan yang merupakan pondasi hukum syariat dan ilmu agama. Begitu pula, banyak para ulama yang menggunakan istilah-istilah yang berbeda di dalam suatu permasalahan. Hal ini merupakan suatu yang wajar tersebab berbedanya madrasah dan metode belajar mereka.

Para ulama nahu mempunyai latar belakang pemikiran dan metode sendiri di dalam pendalaman ilmu kalam. Mereka menghubungkan pemikirannya di dalam pembahasan ilmu kalam. Mereka melakukan hal tersebut untuk meleburkan antara ilmu bahasa dengan ilmu kalam, memberikan efek sempurna antara keduanya, dan menjadikan hubungan ini menjadi hubungan yang jelas di dalam memberikan penjelasan pembahasan kalam.

Semisal, ketika ulama kalam membahas pembahasan sifat qudrah. Yaitu merupakan sifat yang melekat pada zat-Nya Allah SWT. Yang mana, dengan sifat qudroh itu, menyebabkan akibat adanya makhluk dan tiadanya makhluk. Adanya manusia yaitu merupakan hasil adanya sifat qudrah-Nya Allah SWT. Tiadanya manusia juga  merupakan akibat dari qudrah-Nya Allah SWT. Adapun sifat iradah, yaitu sifat khusus terhadap sebagian yang dibolehkan untuk makhluk-Nya. Jadi, sifat iradah Allah SWT ada kaitannya dengan makhluk. Atas dasar ini, sifat qudrah merupakan sifat yang memberikan efek dan tidak ada kaitannya dengan makhluk. Adapun sifat iradah, merupakan sifat yang khusus yang berkaitan dengan makhluk. Sangat erat kaitannya diantara dua sifat tersebut.

Begitu juga, erat kaitannya di dalam pembahasan masalah makhluk yang dapat melihat Allah SWT ketika di akhirat. Ada sebagian kelompok yang berpendapat bahwa pendapatnya itu mendahulukan kaidah bahasa sebagai dalil pendapat mereka. Salah satunya, Imam Zamakhsyari. Beliau ini mendahulukan kaidah bahasa di dalam menjelaskan permasalahan agama yang sesuai dengan mazhab muktazilah. Maka, kita melihat bahwa Imam Zamakhsyari menafsirkan dalil-dalil lafaz dan susunan bahasa, itu semua sesuai keyakiannya. Seperti contohnya kalimat lan (tidak akan) di dalam [الأعراف: 143] (قال لن تراني), menunjukan suatu peniadaan pasti yang tidak akan terjadi pada makhluk Allah SWT. Mereka menggunakan dalil ini berdasarkan pendapat mereka bahwa manusia tidak akan melihat Allah SWT.

Ahlussunnah membantah hal tersebut dengan menjelaskan bahwa itu berbeda dengan pembahasan bahasa arab. Huruf lan tersebut di kalangan orang arab menunjukan suatu hal yang tidak akan terjadi. Akan tetapi, itu bukan untuk selamanya dan hanya untuk sementara.

Dari semua ini, sudah jelas bagi kita betapa pentingnya ilmu bahasa arab terhadap ilmu kalam di dalam sebuah permasalahan. Terutama pada permasalahan akidah dalam membangun pondasi keyakinan. Begitu juga, bahasa merupakan salah satu implemen untuk kelangsungan hidup seseorang. Maka dari itu, interelasi dan korelasi antara keduanya sangat jelas dan erat kaitannya. Karena keduanya, tidak mungkin cukup satu. Seperti suatu hal tanpa suatu yang lain ada kalanya tidak mungkin. Wallahu a’lam

Tulisan ini merupakan kutipan dari majalah al-Azhar edisi bulan Februari


Supported by:


Related Posts

Ikatan Keluarga Abiturien Attaqwa Mesir
  • Facebook
  • WhatsApp
  • Instagram
  • Subscribe Our Newsletter

    Belum ada Komentar untuk " Interelasi dan Korelasi antara Ilmu Bahasa Arab dan Ilmu Keislaman"

    Posting Komentar

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel