Oleh: Alfan Agung Prabowo

Nama yang sangat terkenal di kalangan para pelajar/mahasiswa muslim, khususnya bagi pelajar/ mahasiswa yang berada di Timur Tengah. Beliau adalah al-Imam Al-laits bin Sa’ad bin Abdurrahman. Beliau merupakan salah seorang tabi’ tabi’in, juga seorang ulama ahli fikih, perawi hadist, ahli bahasa, cendikiawan muslim yang hidup di zaman bani umayyah. Beliau lahir pada tahun 93 hijriah di Kota Qalyubi di Kampung Qarqasyandah atau bisa dikenal dengan nama (Desa Banha), tepatnya lima sampai enam kilometer dari Ibu Kota Mesir (Kairo).

Di masa kecilnya, beliau sangat rajin dalam membaca dan mengafal al-Qur’an, menghafal hadist-hadist Nabi, syair Arab. Hingga pada akhirnya, orang tua beliau mengirimkan anaknya (Imam Laits bin Sa’ad ) untuk pergi ke masjid agung di Kota Fustat. Karena ditempat itu, para penuntut ilmu dapat mempelajari berbagai macam jenis ilmu, seperti ilmu al-qur’an, hadis, fikih, sejarah dan lain sebagainya. Imam laits pun mempelajari ilmu-ilmu qur’an, hadist, fikih, bahasa dengan usaha, tekad, dan ketekunan beliau dalam belajar, hingga pada titik beliau menjadi seorang ulama besar dan dikenal sampai penjuru dunia sampai saat ini.

Imam Al-laits bin sa’ad selain beliau dikenal seorang ulama yang sangat dermawan, Beliau juga dikenal sebagai seorang pengusaha sukses. memiliki kasih sayang dan kepedulian terhadap manusia lainnya. Kita juga dapat melihat di berbagai kisah-kisah beliau sangat mudah untuk memberi. Sudah menjadi kebiasaan pada dirinya. Beliau pula dikenal sebagai orang terkaya di Mesir pada zamannya. Di masa kecilnya, ia memiliki banyak sekali harta, yang lebih menariknya beliau tidak diwajibkan zakat. Pasalnya, sebelum hartanya mencapai satu tahun (haul), hartanya sudah habis untuk diinfakan dan disedekahkan. Oleh karena itu, beliau tidak diwajibkan untuk membayar zakat.

Di lain itu, Imam Laits bin Sa’ad, setiap harinya beliau selalu memanggil tamu/kerabat-kerabat yang ada di sekelilingnya agar dapat bersilaturahmi kerumahnya. Ia sangat senang jikalau tamunya memakan makanannya dan menghabiskan seluruh makanan yang ada dirumahnya. Kemudian, beliau meletakkan kumpulan dinar emas di dalam wadah, teragar tamunya dapat menghabiskan makanannya dan diberi hadiah berupa emas. Bahkan, diceritakan didalam kitab أفق العظمة المحمدية  yang dikarang oleh Maulana Syekh Abdussalam Ali Syita Hafidzahullahuata’ala, suatu hari Imam Laits mendengar dan mengetahui kabar bahwa tetangganya merupakan anak-anak yatim yang baru saja ditinggal wafat oleh ayahnya. Lalu, beliau membeli rumah itu dan menyiapkan hadiah untuk anak-anak yatim tersebut. Akhirnya. beliau berikan hadiah kepada anak-anak yatim tersebut dan rumah yang awalnya beliau beli untuk pribadi, juga dijadikan hadiah untuk para anak-anak yatim.


Sifat mulia dari Imam Laits bin Sa’ad dapat kita lihat dari berbagai macam kisah-kisah teladan beliau. Ia merupakan seorang ulama yang sangat kharismatik pada zamannya. Kedermawanan beliau tidak hanya dirasakan oleh orang sekitar beliau saja, tapi juga ke-berbagai penjuru dunia. Guru Mulia Maulana Syekh A’la Musthofa Na’imah pernah menjelaskan sifat mulia daripada Imam Laits bin Sa’ad, salah satu kebiasaan Imam Laits bin Sa’ad setiap tahunnya, beliau selalu mengirimkan hartanya ke seluruh penuntut ilmu ke berbagai penjuru dunia. Ini merupakan sebuah khidmah kepada agama, agar dapat membuahkan semangat para penuntut ilmu. Seyogyanya, kita sebagai seorang penuntut ilmu, harus menanamkan sifat mulia dari seorang yang mulia yaitu Syyidina Imam Laits bin Sa’ad.

Kemana fikihnya Imam Laits bin S a’ad ?

Di zaman dahulu, sejak ratusan tahun yang lalu banyak sekali mazhab di dalam islam, para ahli ijtihad, ahli fikih banyak sekali menuliskan karangan-karangan di dalam kitabnya, salah satunya beliau, akan tetapi sangat disayangkan tidak ada murid-muridnya yang melanjutkan perjuangan dari gurunya. Seorang ulama yang sangat terkenal di kalangan para pelajar/penuntut ilmu—di kala itu juga di zaman sekarang—yaitu Sayyidina Imam Laits bin Sa’ad, beliau seorang ahli fikih, ahli hadist, beliau dikenal sebagai salah satu mujtahid besar di bidang fikih yang pemikirannya sangat cemerlang.

Beliau juga memiliki banyak sekali tulisan yang beliau tulis di dalam kitabnya, seorang fakih dan muhaddits. Orang yang hidup pada generasi sesudahnya memberikan penghormatan dan pengakuan atas keilmuan Imam Laits. Karena kefakihannya, Imam Malik bahkan sering menanyakan berbagai persoalan kepada Imam Laits. Bahkan Sayyidina al-Imam asy-Syafi’i pernah mengatakan bahwa Imam Laits bin Sa’ad lebih fakih dari pada Imam Malik bin Anas, namun karena ke-kurangsigap-an murid-muridnya untuk membukukan pemikirannya dan sudah menjadi mazhab yang besar pada zamannya. Pasalnya, yang selalu ada di benak para pelajar muslim, Apa penyebab fikih Imam Laits bin Sa’ad tidak ada hingga sekarang?”

Di dalam riwayat dikisahkan bahwa Sayyidina al-Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi’i. Beliau merupakan murid dari Imam Laits bin Sa’ad. Suatu hari, beliau pergi dari negerinya (Palestina) ke negeri Mesir, lalu ditawarkan oleh seseorang untuk mengambil sebagian hartanya dan tinggal bersamanya di negeri Mesir. Akan tetapi, Imam Syafi’i tidak menerima tawaran tersebut, tersebab beliau pergi ke negeri Mesir memiliki dua sebab. Pertama, karena beliau ingin mempelajari fikih Imam Laits lewat murid-muridnya. Kedua, karena beliau ingin bertemu Sayyidah Nafisah, karena pada saat itu, Sayyidah Nafisah sedang berada di Mesir.

Namun, ketika Imam Syafi’I berada di Mesir, beliau tidak mendapatkan murid dari imam Laits bin Sa’ad yang meneruskan ilmu gurunya. Lalu, kemana fikih Sayyidina al-Imam Laits bin Sa’ad radhiyallahu’anhu? Fikih Sayyidina al-Imam Laits menghilang. Disebabkan seluruh kitab yang beliau tulis tenggelam ke dalam laut.

Dikisahkan, sebagian murid Imam Malik bin Anas yang fanatik kepada gurunya, mereka tidak senang kepada Imam Laits bin Sa’ad. Pada saat itu, Imam Laits bin Sa’ad pergi dari kota ke kota di negeri Mesir dengan menaiki sebuah perahu. Beliau meletakkan semua kitab karangannya di atas perahu tersebut. Beliau membaca dan menulis kitab di atas kapal pada saat itu. Lalu, murid-murid Imam Malik bin Anas yang ‘tidak senang’ terhadap Imam Laits bin Sa’ad itu, mereka melubangi perahu, sehingga tenggelam semua kitab karangan beliau dan tanpa tersisa satu pun hingga sekarang. Sayyidina Imam Laits bin Sa’ad dan Sayyidina Imam Malik bin Anas padahal teman baik, tetapi disebabkan murid Imam Malik yang tidak senang kepada Imam Laits, mereka melakukan hal tersebut hingga tidak ada satu pun tersisa kitab karangan Imam Laits bin Sa’ad.

Sekalipun beliau tidak meninggalkan satu karya tulis, pemikiran Imam Laits bin Sa’ad dapat dilacak hingga saat ini. Pasalnya, banyak sekali ulama fikih yang sering menukil pendapatnya di dalam kitab-kitab mereka. Di antaranya ialah kitab al-Mughni (kitab fikih mazhab Hanbali yang disusun oleh Ibnu Qudamah) dan kitab Hidayah al-Mujtahid( kitab fikih mazhab Maliki karya Ibnu Rusyd).

Sebagai seorang pelajar, wajib bagi kita untuk selalu menjaga ilmu-ilmu yang sudah diberikan oleh guru-guru kita. Banyak hikmah yang bisa kita ambil dari kisah Imam Laits bin Sa’ad. Beliau merupakan seorang guru, ulama ahli fikih, ahli hadist, ahli Bahasa, ahli ijtihad. Banyak kitab yang beliau tulis untuk dipelajari. Akan tetapi, murid-murid beliau tidak menjaga kitab-kitab yang dikarang oleh gurunya, sehingga sampai saat ini tidak ada kitab karangan Imam Laits bin Sa’ad yang eksis hingga saat ini.

      Dari sini, dapat kita ambil nilai-nilai positif untuk kehidupan kita sehari-hari sebagai pelajar/mahasiswa muslim di dalam menuntut ilmu, bahwa kita sebagai pelajar/mahasiswa muslim seharusnya menjaga ilmu-ilmu pengetahuan yang telah diajarkan oleh para guru-guru kita, kita amalkan ilmu-ilmu dan maklumat yang telah guru-guru berikan kepada kita semua. Manfaat ilmu pengetahuan bagi diri seorang pelajar, bukan karena banyaknya harta yang kita sedekahkan dan kita infakan. Akan tetapi, manfaat ilmu pengetahuan di setiap diri seseorang adalah bagaimana hubungan kita dengan Allah SWT juga bagaimana kedekatan kita dengan yang mempunyai ilmu tersebut ialah Allah SWT.*


*Referensi: Kitab Ufuq al-Azhamah al-Muhammadiyyah, karya Maulana Syekh Abdussalam Ali Syita hafidzhahullahata’ala dan rangkuman dars Maulana Syekh A'la Musthafa Na’imah hafidzahullahata’ala.

     

 Supported by:


    

 

 

 

 

 

 

Related Posts

Ikatan Keluarga Abiturien Attaqwa Mesir
  • Facebook
  • WhatsApp
  • Instagram
  • Subscribe Our Newsletter

    Belum ada Komentar untuk "Sekapur Sirih tentang Sayyidina al-Imam Laits bin Sa’ad Radhiyallahu ‘Anhu"

    Posting Komentar

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel