Oleh: Neswah Azalia Mazeda
Kita
mengenal kutipan masyhur bahwa setiap pertemuan pasti ada perpisahan, juga
perkataan Nabi Khidir kepada Nabi Musa As “Inilah perpisahan antara aku dan
kamu” (Q.S Al-Kahfi: ayat 78). Maka tidak selamanya pertemuan itu ada,
pertemuan hanyalah permulaan karena sebenarnya kita dalam proses sedang
menunggu tibanya perpisahan. Masanya ada dua tipe pertemuan yang di jumpa; pertemuan
singkat dan pertemuan dalam jangka waktu lama yang kita temui tidak hanya
sekedar bersua tapi juga membangun ikatan tali silaturahmi persaudaraan yang
kuat seperti keluarga, seperti IKAA Mesir.
Pendek
kata, IKAA Mesir adalah persatuan perkumpulan pelajar Indonesia di Mesir dalam
almamater Attaqwa yang langkah jenjang studinya berbeda-beda dari S1 sampai S2
dan S3. Dalam sorotan para guru di Indonesia, IKAA Mesir sukses membangun
perkumpulan ini dan meneruskannya sampai sekarang yang membantu dan mengelola
proses perpindahan calon mahasiswa dari Indonesia ke Mesir, maka sudah tidak
diragukan lagi bagaimana mereka membangun perkumpulan ini menjadi ikatan erat
antar sesama anggota di dalamnya bahkan seperti keluarga; mengadu pada setiap
keluhan atau ragam problematika sekitarnya dan mengatasinya bersama-sama.
Pertemuan
baru yang hampir selalu dirasakan bagi anggota IKAA Mesir dan calon mahasiswa
baru (Red. Camaba) di tiap tahunnya biasa dilakukan dengan memulai perkenalan
antara anggota baru dan anggota lama IKAA Mesir. Lalu bersosialisasi dengan menghadiri
setiap acara yang diadakan dan ikut serta membantu segala urusan IKAA Mesir. Kemudian
dari sosialisasi inilah terbangun ikatan kuat bagi IKAA Mesir karena upaya
saling membantu, menghargai dan menghormati tentunya dari semua kalangan
terkhusus para senior IKAA Mesir yang berpengalaman lebih. Analoginya mereka
seperti jantung dan otak dalam bagian tubuh, karena setiap jalannya kegiatan
ataupun acara di IKAA Mesir pastinya mereka yang pertama kali mengetahui serta diminta
pendapatnya tentang suatu wacana yang akan diadakan. Selain itu, kita
membutuhkan solusi dan pendapat mereka terhadap suatu masalah yang penting yang
harus diselesaikan. Ringkasnya, jika otak dan jantung mati manusia tidak bisa
bergerak. Sebegitu pentingnya posisi para cakap senior IKAA Mesir dan membantu
jalannya arus kehidupan adik-adiknya di Mesir.
Adatnya
Senior IKAA Mesir itu terbilang ketika usai menyelesaikan jenjang studi S1 atau
anggota yang tertua. Setelah usai studinya ada dari mereka melanjutkan studi
jenjang lebih tinggi di Mesir dan ada juga yang melanjutkannya di Indonesia
artinya mereka tidak akan selamanya tinggal di Mesir bersama anggota-anggota
bawahnya. Maka dari sini kita tahu berarti ada perpisahan setelah memulai
pertemuan sesuai pernyataan di atas.
Perpisahan
memang selalu ada tanpa diminta, sudah menjadi konsekuensi jika memulai
pertemuan maka kita tinggal
menunggu hari dimana perpisahan itu akan datang. Lalu bagaimana dengan kondisi
mereka yang di tinggalkan? Bagaimana cara mereka melanjutkan arus kehidupan di
Mesir tanpanya? Harus kemana mereka dalam menerka ketika ada problematika yang
muncul di dalam lingkup IKAA Mesir?
Di akhir
tahun 2021 banyak dari beberapa senior IKAA Mesir yang pulang ke indonesia
meninggalkan Mesir dan para anggotanya, ada yang usai menyelesaikan S2-nya atau melanjutkan studi nya di Indonesia yang akhirnya
masa peralihan ini dialami anggota IKAA Mesir. Karenanya, kegelisahan mulai tumbuh dan bertumpuk mengingat
banyaknya persoalan dan upaya yang mesti dihadapi dan cara mengatasinya. Namun, ternyata tidak melulu perpisahan
itu tentang kesedihan, kegelisahan, dan
kekhawatiran. Di samping
itu tentu tertahan oleh kedewasaan dan pikiran yang bijak yang di kemudian hari akhirnya
kita mencoba beraksi dengan kembali memutar
memori akan hal-hal baru yang mesti dilewati di masa peralihan ini.
Bersama beberapa anggota senior IKAA Mesir yang tersisa mereka mengatur dan menyusun kembali dengan cakap dan sikap yang dewasa tanpa takut dalam mengambil keputusan demi kesejahteraan IKAA Mesir, membangun kembali ikatan erat silaturrahmi seperti biasanya tanpa menghilangkan rasa kekeluargaannya. Hal itu dilakukan dan cukup diyakini oleh anggota IKAA Mesir yang berada dalam kondisi mampu mengembalikan situasi dan kondisi menjadi stabil.
Sikap
ini yang pada akhirnya membawa keadaan tetap pada konsistensinya, selain
terbentuk sosialisasi yang baik antar anggota IKAA Mesir tetap terjaganya warisan-warisan
dari para petua anggota terdahulu dari segi materi ataupun aktivitas-aktivitas
yang sifatnya akademis maupun non akademis.
Akhirnya
perpisahan dan masa peralihan ini membawa hikmah tersendiri bagi anggota IKAA
Mesir, terutama bagi pemimpin dalam kepemimpinannya yang terpilih sebagai
kepala keluarga yang mengatur, mengayomi,
dan
mengajak anggota-anggotanya.
Maka pemimpin harus siap, sigap, dan berani serta tegas dalam tanggung jawabnya ketika
mengemban amanah dari anggota-anggotanya yang memilihnya menjadi pemimpin. Dengan
begitu, mereka para guru dan senior
dimanapun berada akan berlapang dada melihat antusias kembali muncul dan upaya
untuk menjaga warisan-warisan dari para cakap agar terus berjalan meski telah berpucuk di ladang perpisahan. Karena perpisahan dan
masa transisi ini sukses terlewati dengan baik, maka
tidak lagi kita sebut dengan perpisahan seperti dugaan awal melainkan kita bisa
menyebutnya menjadi sebuah harapan untuk dapat bertemu lagi di pertemuan kedua,
ketiga dan seterusnya yang akan datang.
supported by:
Related Posts

Subscribe Our Newsletter
Belum ada Komentar untuk "Masa Transisi yang Sukses Dilewati IKAA Mesir"
Posting Komentar